Tahun 2016 ini merupakan tahun terakhir bagi masa jabatan kepresidenan Obama, setelah menjabat dua
periode.
Pada 20 Januari 2017 mendatang, jika sesuai rencana, presiden Amerika hasil
pemilihan 2016 akan diambil sumpah, menggantikan Obama.
Pada tahun 2009, Obama dilantik sebagai
presiden Amerika Serikat untuk periode pertama. Obama membawa slogan “change” serta “hope” di masa kampanye pemilihan presiden 2008, dan harapan akan perubahan
itu pula yang ada di isi kepala para pendukung Obama. Harapan perubahan juga datang dari luar negeri, dari masyarakat internasional.
Di website Granma, Fidel Castro memberi komentar tentang sosok Obama dengan
mengatakan bahwa Obama adalah orang yang tulus. Namun
Castro tetap pesimis bahwa Obama akan mampu membawa perubahan berarti bagi masa depan
keadilan global.[1]
Setahun sebelumnya, Oktober 2008, Fidel Castro berkomentar bahwa sungguh
merupakan kejaiban karena Obama belum dibunuh, mengingat masyarakat Amerika
Serikat identik dengan rasisme mendalam.
Di dalam pidato inagurasi
presiden, Obama menegaskan bahwa Amerika tidak menyesal atas jalan yang telah
dipilih selama ini. Pernyataan Obama ini dapat dibaca, meski secara lebih sempit, bahwa selama ini antara partai Demokrat dengan
Republik tidak terdapat perbedaan prinsipil di dalam kebijakan ekonomi-politik
– dalam maupun luar negeri – sehingga jalan yang pernah diambil oleh Demokrat ataupun
Republik ketika berkuasa tidak menjadi masalah bagi Obama [Amerika], dan tidak perlu disesali.
Pada akhir 2007, pasar
perumahan di Amerika runtuh. Perusahaan-perusahaan keuangan terseret menuju
kebangkrutan. Pertumbuhan ekonomi melambat, dan mulailah resesi ekonomi. Di
dalam pidato pelantikan presiden 2009, Obama mengatakan bahwa melemahnya
ekonomi Amerika Serikat tersebut adalah karena keserakahan dan perilaku tidak
bertanggung jawab beberapa pihak sebagai individu. Obama mempersoalkan moral individu
dan tidak menyinggung persoalan yang inheren pada sistem ekonomi yang dianut
Amerika. Sebelumnya, yakni pada masa kampanye pemilihan presiden, Obama menolak
tudingan bahwa jalan politiknya berbau kiri ketika kritik menyerang salah satu
isu kampanye Obama tentang program pajak progresif klas atas.
Meski Obama menjanjikan
penarikan tentara Amerika Serikat dari Timur Tengah, seperti Afghanistan dan
Iraq, akan tetapi Obama tidak pernah benar-benar meninggalkan politik avonturir
yang identik dengan kalangan hawkish dan
neokonservatif. Administrasi Obama tidak hanya mencampuri politik negara-negara
lain secara langsung maupun tidak langsung, namun bahkan menciptakan
destabilisasi politik yang berujung kekerasan dan proxy war seperti di Libya dan Syria. Serta di Ukraina.
Kemunculan ISIS/ISIL/IS di
Iraq dan Syria telah memberi legitimasi masuknya kembali aksi militer secara
terbuka Amerika Serikat (Obama) – meski hanya lewat serangan udara – di dalam
konflik di Timur Tengah, sebagaimana peristiwa 9/11 dan isu senjata pemusnah masal telah memberi justifikasi Amerika Serikat (Bush Jr.) untuk
menyerang Iraq. Kemunculan ISIS itu sendiri bagi Amerika dapat dimanfaatkan sebagai pion-pion yang digunakan untuk menggempur
Bashar al-Ashad di Syria, dan mungkin juga membersihkan gerilyawan-gerilyawan
suku Kurdi di perbatasan Iraq, Syria, dan Turki. Pejuang-pejuang Kurdi
hingga saat ini masih digolongkan sebagai kelompok “teroris” oleh Amerika dan
Turki.
Pada perang Iraq, Bush Jr.
mengirimkan serdadu Amerika untuk berperang di Iraq. Pada perang Libya dan
Syria, Obama tidak mengirimkan serdadu Amerika, namun hanya melatih dan
mempersenjatai kelompok-kelompok “oposisi”, yang juga memanfaatkan para “jihadis”
dari berbagai negara, untuk menggempur dan mengganti rezim-rezim yang dianggap
sebagai ancaman. Pada Juli 2015, Obama mengaku bahwa Amerika melatih milisi
anti pemerintah Bashar al-Ashad, yang didahului kesalahan ucap telah melatih
ISIS. Tindakan ini dilakukan Amerika Serikat bersama negara-negara sekutu di
kawasan Timur Tengah dan pesisir Mediterania, terutama Arab Saudi, Qatar, Israel dan Turki, yang berkomplot di dalam “dirty holy alliance”.
Di Eropa Timur, konflik
Ukraina,
yang menciptakan ketegangan baru di
kawasan sekitar Rusia, tidak bisa dilepaskan dari ambisi Amerika Serikat untuk meluaskan daerah
aliansi militer, dalam hal ini NATO, hingga ke mulut Rusia. Amerika terus berupaya
melemahkan pengaruh Rusia di kawasan bekas Uni Soviet dan Eropa Timur.
Sementara itu di kawasan Asia
Timur dan Pasifik, dengan menjanjikan kehadiran armada militer yang kuat di
kawasan ini, Obama mendesakkan proyek TPP (Trans-Pacific
Partnership), bahkan berusaha mengambil jalur cepat di Kongres untuk menyetujui
TPP. TPP adalah sebuah proyek ambisius yang bahkan ditentang oleh kandidat
calon presiden dari partai Obama sendiri, yakni Bernie Sanders dan Hillary
Clinton. Bagi Obama, urgensi TPP seolah dapat diungkapkan dengan kalimat: “kita
[Amerika] yang mendahului atau mereka [Tiongkok] yang mendahului”. Obama tidak bisa
keluar dari politik avonturir dan politik paranoid gaya Amerika.
Di dalam sebuah wawancara
dengan RT TV, Noam Chomsky – seorang intelektual pembangkang Amerika – yang
mengutip beberapa kritikus, mengatakan bahwa salah satu perubahan yang telah
dibawa oleh Obama adalah kebijakan penanganan orang-orang yang dianggap musuh
Amerika Serikat.[2]
Kebijakan administrasi Bush Jr. adalah penculikan, penahanan, dan
penyiksaan-penyiksaan di berbagai penjara, seperti Guantanamo dan Baghram.
Administrasi Obama mengubahnya menjadi: “bunuh”. Tidak perlu ada penculikan dan
penahanan. Langsung bunuh, seperti yang terjadi pada Osama Bin Laden. Semua
atas nama kepentingan nasional.
Apa sebenarnya perubahan penting yang berkontribusi bagi keadilan dan
keamanan global yang dibawa oleh administrasi Obama selain perubahan hubungan Amerika-Kuba
dan kesepakatan nuklir Iran? Neraka perang Iraq yang diciptakan oleh
administrasi Bush Jr. hanya digeser ke Syria, dan Libya, oleh adminstrasi
Obama, dan percikan-percikan apinya terlempar hingga ke Paris, Jakarta,
Istanbul, Moskow, dan berbagai muka bumi lainnya.***
Catatan:
[1]
Pernyataan Castro pertama kali dimuat di artikel yang ia tulis di Granma.co,
namun sekarang alamat url
bersangkutan tidak dapat diakses lagi. Lihat di http://www.theguardian.com/world/2009/jan/23/fidel-castro-barack-obama-cuba;
juga http://havanajournal.com/politics/entry/fidel-castros-latest-reflection-frees-up-raul-to-make-decisions/
[2]
Pernyataan Chomsky ini diucapkan ketika diwawancara oleh RT tv, sebuah stasiun
televisi Rusia. Lihat: http://www.youtube.com/watch?v=f5pur4-dfiY
No comments:
Post a Comment