Thursday, November 1, 2012

SUKA GAK SUKA YA SEPEDA MOTOR


Beberapa waktu yang lalu, seorang ibu yang mengendarai sepeda onthel ditabrak oleh pengendara sepeda motor di jalan kecil depan rumah saya. Beberapa waktu yang lalu pula, tetangga saya yang mengendarai sepeda motor ditabrak mobil dari arah belakang di jalan raya Yogya-Solo. Meski berbeda waktu dan lokasi, namun terdapat peristiwa yang sama: kecelakaan di jalanan.

Keadaan lalu lintas di jalanan  perkotaan di Indonesia saat ini dapat dikatakan kurang nyaman bagi para pengguna. Berbagai lalu lalang kendaraan bermesin, baik sepeda motor, mobil, bus, maupun truck, berebutan menggunakan jalan. Berbagai pelanggaran peraturan lalu lintas terjadi, dan demikian pula berbagai kecelakaan. Tidak hanya itu saja, pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermesin mengakibatkan keadaan udara kawasan perkotaan semakin tercemar gas yang dapat menggangu kesehatan manusia.

Bertambah melimpahnya kendaraan bermesin di jalanan dibarengi dengan berkurangnya kendaraan tidak bermesin seperti sepeda, becak, dan andong atau delman. Pejalan kaki juga berkurang. Kendaraan bermesin mempercepat mobilisasi manusia. Di sisi lain, kendaraan bermesin juga “merajai” atau menguasai jalanan yang mengakibatkan ketidaknyamanan pengguna kendaraan tidak bermesin di jalanan, juga pejalan kaki. Pada saat ini, kendaraan bermesin yang paling diminati dan menjadi populer adalah sepeda motor. Angkutan atau transportasi umum kurang diminati oleh masyarakat.

Sepeda motor adalah salah satu sarana transportasi produk teknologi yang terus berkembang. Namun di Indonesia, dan juga di beberapa negara lainnya, sepeda motor selain membantu memfasilitasi aktivitas dan mobilisasi manusia, juga menimbulkan persoalan.

Beralih ke Kendaraan Bermesin

Teknologi di berbagai bidang terus berkembang dan mempengaruhi cara hidup masyarakat. Perubahan cara hidup tersebut mengakibatkan perubahan cara berpikir dan perubahan kebudayaan secara umum. Manusia di jaman teknologi serba cepat saat ini juga memiliki aktivitas dan mobilitas tinggi. Masyarakat menuntut sarana yang dapat mengakomodasi aktivitas dan mobilitas tinggi mereka. Masyarakat menginginkan transportasi yang cepat, murah, tepat waktu, aman, dan nyaman untuk memfasilitasi aktivitas mereka.

Kendaraan tidak bermesin, dalam hal ini sepeda, becak, dan andong atau delman, semakin tersingkir dari jalanan di Indonesia. Pejalan kaki juga berkurang. Tersingkirnya kendaraan tidak bermesin ini antara lain dikarenakan, pertama, alasan aktivitas manusia saat ini, di dalam mobilitas yang tinggi dan dengan jarak yang lebih jauh, telah terfasilitasi oleh kendaraan bermesin. Untuk jarak yang sama, dengan menggunakan kendaraan bermesin dapat ditempuh dengan waktu yang lebih sedikit dan energi yang lebih sedikit dibandingkan jika ditempuh dengan kendaraan tidak bermesin.

Kedua, suasana jalanan yang semakin dibanjiri kendaraan bermesin mengakibatkan pengguna kendaraan tidak bermesin menjadi tidak aman dan tidak nyaman. Becak dan andong sering disalahkan sebagai pihak yang mengakibatkan kemacetan di jalan raya. Para pengguna mobil dan sepeda motor menyalahkan becak dan andong yang memperlambat arus lalu lintas di jalan. Pemerintah akhirnya mengambil kebijakan menyingkirkan  becak dan andong dari jalanan. Para pengguna becak dan andong sendiri menganggap bahwa suasana jalanan tidak lagi memungkinkan bagi keamanan mereka. Kecelakaan sering terjadi, misal becak atau andong yang ditabrak mobil.

Hal serupa juga terjadi pada para pengguna sepeda. Setidaknya ada dua alasan utama para pengguna sepeda beralih ke mode transportasi bermesin, terutama ke sepeda motor. Pertama, alasan praktis dan terjangkaunya harga sepeda motor. Kedua, alasan keamanan. Sebagaimana yang terjadi pada becak dan andong, para pengguna sepeda merasa bahwa jalanan saat ini tidak aman bagi para pengguna sepeda. Jalan dipenuhi oleh kendaraan bermesin yang melaju dengan kecepatan relatif kencang. Keadaan tersebut dapat mengancam keselamatan para pengguna sepeda. Para pengguna sepeda sering ditabrak oleh kendaraan bermesin. Jalanan tidak nyaman dan tidak aman lagi bagi pengguna kendaraan tidak bermesin.

Sedangkan berkurangnya pejalan kaki yang biasa menempuh jarak dekat setidaknya disebabkan oleh  suasana jalan dan trotoar yang ada saat ini. Di kawasan perkotaan Indonesia, banyak trotoar yang sedianya diperuntukkan bagi para pejalan kaki malah dipenuhi oleh para pedagang kaki lima dan beberapa parkir sepeda motor. Akibatnya, para pejalan kaki harus berjalan melalui pinggir jalan, bukan melalui trotoar karena trotoar dipenuhi pedagang kaki lima dan beberapa parkir sepeda motor. Padahal, jalanan dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan bermesin yang melaju dengan kecepatan yang relatif kencang. Para pejalan kaki yang berjalan melalui sisi jalan dapat tertabrak, atau minimal terserempet, oleh lalu lalang kendaraan bermesin yang memadati jalan. Pejalan kaki merasa tidak aman dan tidak nyaman. Di saat yang bersamaan, sepeda motor tersedia di pasaran. Sepeda motor memfasilitasi mobilitas mereka. Banyak orang yang kemudian menggunakan sepeda motor untuk mobilitas mereka, bahkan hanya untuk menempuh jarak yang dekat seperti antar kampung.

Pasar dan Pemerintah

Produksi kendaraan bermesin terus meningkat. Kendaraan bermesin yang paling digemari di Indonesia, dan karenanya membanjiri jalanan di perkotaan, adalah sepeda motor. Produksi sepeda motor meningkat dan dengan berbagai model dan teknologi yang selalu berinovasi.

Sepeda motor merupakan kendaraan yang praktis, ringkas, dan relatif terjangkau harganya saat ini hingga lapisan masyarakat klas bawah. Perawatan sepeda motor relatif mudah dan pajaknya juga relatif murah. Setiap lapisan masyarakat saat ini dapat memiliki sepeda motor. Dengan demikian, permintaan terhadap sepeda motor juga terus bertambah. Bahkan, keberadaan sepeda motor dikondisikan untuk terus bertambah melalui berbagai inovasi baru produk-produk sepeda motor. Indonesia menjadi pasar yang besar bagi konsumsi sepeda motor. Dengan kata lain, Indonesia menjanjikan keuntungan besar bisnis di sektor otomotif, dalam hal ini sepeda motor.

Peningkatan permintaan sepeda motor di pasar kemudian diikuti kenaikan produksi dan penawaran produk sepeda motor. Namun sisi produksi tidak statis. Sektor produksi sepeda motor terus berinovasi menciptakan produk-produk baru yang kemudian ditawarkan ke pasar, yang hal ini akan membentuk pasar atau membentuk trend baru di pasar. Sistem ekonomi pasar bekerja.

Melimpahnya jumlah produk sepeda motor di pasar mengakibatkan harga sepeda motor semakin menurun secara relatif, yakni dibarengi dengan naiknya kemampuan daya beli masyarakat terhadap sepeda motor. Kenaikan relatif daya beli terhadap sepeda motor ini memang diciptakan agar produk sepeda motor yang beredar di pasar dapat tetap terserap oleh konsumen. Salah satu cara peningkatan penyerapan atau kemampuan konsumsi produk sepeda motor ini adalah dengan diperkenalkannya pembelian sepeda motor model kredit konsumsi secara mudah.

Perbankan membaca peluang untuk dapat turut bermain di sektor otomotif, dalam hal ini sepeda motor, melalui berbagai produknya. Lembaga-lembaga kredit atau pembiayaan (leasing) bermunculan. Dunia perbankan menciptakan produk-produk pinjaman konsumsi dengan syarat dan ketentuan yang relatif mudah dan terjangkau hingga masyarakat lapisan paling bawah. Lembaga-lembaga finansial menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk dapat mengakses konsumsi produk-produk sepeda motor di pasar. Pada saat ini, hanya dengan uang muka sekitar Rp. 500.000, masyarakat sudah dapat membeli dan membawa pulang satu unit sepeda motor baru.

Produsen sepeda motor terus bekerja memproduksi untuk memenuhi permintaan pasar, sekaligus untuk menciptakan pasar baru melalui berbagai inovasi yang akan menggerakkan trend. Aktivitas sektor produksi ini menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pemerintah juga berkepentingan agar sektor produksi sepeda motor terus beraktivitas karena dapat mengurangi persoalan pengangguran. Pemerintah melemparkan sebagian persoalan pengangguran kepada bekerjanya produsen-produsen sepeda motor. Pengangguran merupakan persoalan yang sensitif di dalam ekonomi suatu negara. Salah satu persoalan penting, yakni ketenagakerjaan, dapat diatasi untuk sementara melalui sektor industri sepeda motor. Pemerintah bertindak lebih pragmatis.

Pemerintah juga mendapatkan keuntungan lain dari keberadaan sepeda motor di masyarakat. Sepeda motor dikenakan pajak tahunan dan hal ini berarti pula pendapatan keuangan bagi pemerintah daerah. Pajak merupakan salah satu unsur penting pendapatan negara. Pembangunan di daerah membutuhkan biaya yang salah satu sumber pendanaanya diperoleh dari pajak sepeda motor. Asumsi sederhananya adalah bahwa pertambahan jumlah unit sepeda motor yang dimiliki masyarakat akan mengakibatkan pertambahan pajak yang diterima pemerintah. Apalagi, pajak sepeda motor model termutakhir akan lebih mahal dibanding dengan pajak sepeda motor model lama.

Selain pajak kendaraan, pemerintah juga mendapat pemasukan dari pajak Surat Ijin Mengemudi (SIM). Peningkatan jumlah masyarakat pemilik sepeda motor diiringi peningkatan jumlah masyarakat pemohon SIM. Jika di dalam satu keluarga terdapat anggota keluarga yang masing-masing memiliki SIM, maka semakin banyak pula pajak SIM yang harus dibayar ke pemerintah. Semakin banyak warga negara yang memiliki SIM, maka akan semakin bertambah pula pajak yang diterima pemerintah.

Kurang Nyaman di Angkutan Umum.

Jalanan dibanjiri sepeda motor. Pada saat yang sama, transportasi umum lamban pertambahannya, bahkan ada yang mulai berkurang jumlahnya. Masyarakat seolah telah enggan menggunakan transportasi umum dan lebih memilih sepeda motor. Persoalan membanjirnya sepeda motor di jalanan, atau di pasar, tidak luput dari kinerja pemerintah di dalam kebijakan sarana umum, dalam hal ini transportasi umum.

Transportasi umum di Indonesia, dalam hal ini di perkotaan, memiliki kekurangan yang mengakibatkan masyarakat meninggalkan penggunaan transportasi umum dan beralih ke sepeda motor. Selain harga sepeda motor yang relatif semakin terjangkau, di sisi transportasi umum itu sendiri juga terdapat persoalan.

Pertama, soal biaya. Dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan ketika menggunakan transportasi umum, maka biaya untuk sepeda motor lebih murah. Pada saat ini, ketika harga jual bensin per liter dipatok Rp. 4.500, masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor dibanding menggunakan transportasi umum, terutama di perkotaan. Satu liter bensin telah dapat digunakan untuk menempuh perjalanan harian dengan kemampuan mobilitas lebih  tinggi. Sedangkan dengan transportasi umum, masyarakat harus mengeluarkan biaya-biaya yang berbeda-beda di masing-masing tujuan perjalanan. Pada setiap perjalanan yang berbeda diperlukan pengeluaran atau biaya yang baru dan berbeda.

Kedua, ketepatan waktu. Transportasi umum sering tidak tepat waktu, baik itu terlalu lambat maupun terlalu cepat. Ketidaktepatan waktu ini terjadi baik pada saat kedatangan transportasi umum di suatu terminal atau pangkalan, maupun keberangkatan dari terminal atau pangkalan bersangkutan. Aktivitas masyarakat perkotaan yang serba padat membutuhkan ketepatan waktu, karena hal ini berkaitan dengan perhitungan jadwal-jadwal aktivitas mereka. Masyarakat perkotaan kurang memiliki waktu luang yang lebih banyak. Ketepatan waktu sarana transportasi menjadi salah satu variabel yang diperhitungkan oleh masyarakat, terutama perkotaan, di dalam aktivitas keseharian mereka.

Ketiga, keamanan. Berbagai persitiwa kriminal sering terjadi di dalam transportasi umum, misal pencopetan, perampasan, pelecehan sexual, hingga pemerkosaan yang justru dilakukan oleh awak transportasi umum seperti di Jakarta. Para pelaku kejahatan relatif leluasa di dalam aksi mereka, bahkan di tengah-tengah keramaian penumpang transportasi umum di siang hari. Para pengguna transportasi umum sering was-was dan khawatir ketika mereka menggunakan transportasi umum, dengan pikiran penuh curiga terhadap penumpang yang lain. Rasa khawatir dan curiga tersebut bukan tanpa alasan karena pada kenyataannya kejahatan memang sering terjadi di dalam transportasi umum. Banyak awak transportasi umum, misal sopir dan kernet bus, yang mengetahui aksi para penjahat di atas kendaraan mereka namun tidak berdaya dengan aksi kejahatan tersebut. Para awak transportasi umum tersebut takut dengan para pelaku kriminal dan memilih diam. Penumpang menjadi korban kejahatan.

Keempat, kenyamanan. Manusia membutuhkan kenyamanan di dalam berbagai kesempatan, termasuk ketika berada di dalam transportasi umum. Kenyamanan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan sampingan lainnya, atau hanya sekedar istirahat. Namun kenyamanan ini kurang didapatkan di dalam transportasi umum saat ini. Salah satu penyebab hilangnya kenyamanan di dalam transportasi umum, misal pada bus umum, adalah cara sopir membawakan kendaraan umum bersangkutan. Sopir sering mengendarakan kendaraan secara ugal-ugalan dan kebut-kebutan, dengan alasan demi uang setoran yang diberikan ke pemilik kendaraan. Sebagai akibatnya, transportasi umum sering mengalami kecelakaan. Keselamatan penumpang menjadi nomor dua, dikalahkan oleh kepentingan perolehan pendapatan uang.

Suasana di dalam transportasi umum yang penuh sesak berjubal penumpang, udara pengap dan panas, tidak ada kesempatan untuk duduk, rasa was-was dan curiga terhadap penumpang yang lain, kendaraan yang berjalan ugal-ugalan dan tidak tepat waktu, merupakan kombinasi yang mengakibatkan hilangnya rasa kenyamanan ketika berada di dalam transportasi umum. Masyarakat merasa tidak nyaman ketika berada di dalam kendaraan umum saat ini. Keberadaan sepeda motor menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat dan semakin digemari.

Transportasi dan Tata Ruang

Di daerah perkotaan, pemukiman penduduk berbentuk perkampungan padat penghuni dengan gang-gang atau jalan kecil yang menghubungkan antar kampung maupun antara kampung dengan jalan besar. Lebar jalan atau gang yang sempit mengakibatkan kendaraan besar roda empat sulit masuk perkampungan, bahkan banyak yang tidak dapat masuk ke dalam perkampungan sama sekali. Transportasi umum kendaraan roda empat yang bersifat masal, seperti bus, tidak dapat menjangkau seluruh daerah perkampungan. Transportasi umum roda empat hanya dapat melewati jalan-jalan besar yang terletak di luar area perkampungan.

Tata ruang perkotaan di Indonesia saat ini mengakibatkan kendaraan transportasi umum masal, seperti bus dan trem, sulit menjangkau seluruh area secara merata. Pemukiman penduduk berbentuk blok-blok perkampungan dan perumahan dengan jalan-jalan atau gang-gang yang kecil dan sempit. Telah terlanjur padatnya perkampungan penduduk di perkotaan juga mengakibatkan kecil kemungkinan terwujudnya transportasi subway. Pembangunan subway (misal penggalian terowongan) terkendala oleh telah padatnya perkampungan penduduk di atas permukaan tanah. Belum lagi ditambah persoalan drainase dan saluran air. Demikian juga dengan transportasi layang seperti kereta monorail.

Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah seolah terbiasa tidak memiliki rencana tata ruang jangka panjang dan terpadu antar bidang, misal menyangkut pemukiman penduduk, saluran air, dan sarana mobilisasi masyarakat. Keadaan jalan-jalan di Indonesia yang relatif kecil dan sempit mengkondisikan kendaraan roda empat sulit beroperasi. Jalan-jalan yang relatif kecil tersebut lebih sesuai bagi beroperasinya kendaraan kecil seperti sepeda motor, sehingga sepeda motor semakin meningkat jumlahnya. Semenjak harga sepeda motor semakin terjangkau dan pasokan sepeda motor di pasar semakin melimpah, masyarakat memilih menggunakan sepeda motor untuk berbagai aktivitas. Pejalan kaki dan pemakai sepeda menurun jumlahnya.

Keberadaan sepeda motor mengakibatkan masyarakat memilih mengendarai sepeda motor daripada jalan kaki atau menggunakan sepeda, terutama untuk perjalanan antar kampung yang berjarak tidak terlalu jauh namun juga tidak dekat. Masyarakat telah terbiasa menggunakan alat transportasi bermesin, sehingga banyak yang enggan untuk tidak menggunakan kendaraan bermesin. Aktivitas masyarakat perkotaan yang padat di satu sisi serta pasokan sepeda motor yang membanjiri pasaran di sisi lain, mengakibatkan masyarakat lebih memilih dan terbiasa menggunakan sepeda motor di area pemukiman perkampungan perkotaan.

Sedangkan di daerah luar kota, terutama di luar Jawa, keberadaan sepeda motor sebenarnya justru membantu masyarakat di dalam aktivitas sehari-hari. Masyarakat di luar kota dapat melakukan mobilisasi secara lebih cepat dengan menggunakan sepeda motor, misalnya untuk keperluan ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Masyarakat pedesaan, terutama masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil, dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya di dalam mobilitas keseharian, terutama apabila diharuskan menempuh perjalanan jauh antar daerah. Misalnya perjalanan ke luar daerah.

Di daerah luar kota, transportasi umum masih jarang, tidak sebagaimana di kota-kota besar di mana transportasi umum tersedia setiap saat. Jalan-jalan di daerah luar kota juga tidak sebagus di perkotaan. Jalan-jalan di luar kota tersebut banyak yang masih berupa tanah dan batu, belum diaspal, dan dengan ukuran yang sempit-sempit. Perjalanan dari satu desa ke desa lain, bahkan ke kota kecamatan bersangkutan, dapat memakan waktu yang relatif lama jika ditempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan tidak bermesin. Keberadaan sepeda motor yang harganya relatif terjangkau masyarakat lapisan bawah mengakibatkan mobilitas warga di daerah luar kota semakin efisien dan efektif. Masyarakat dapat menempuh perjalanan dengan memakan waktu yang lebih cepat untuk suatu jarak yang sama. Sepeda motor telah membantu peningkatan efektifitas dan efisiensi aktivitas masyarakat luar kota di dalam berbagai bidang.

Penutup

Aktivitas manusia yang semakin padat membutuhkan sarana yang dapat memfasilitasi mobilitas mereka. Kendaraan bermesin menyediakan kebutuhan mobilitas tersebut. Namun keberadaan kendaraan bermesin di jalanan juga turut mengurangi tingkat kenyamanan pengguna kendaraan tidak bermesin, sehingga kendaraan tidak bermesin mulai berkurang dan diganti kendaraan bermesin. Keadaan transportasi umum di Indonesia saat ini yang belum ideal mengakibatkan banyak orang beralih memanfaatkan kendaraan sepeda motor yang produksinya terus meningkat dan dengan harga jual yang relatif terjangkau bagi segala kalangan. Keadaan tata ruang di Indonesia juga mengakibatkan semakin populernya sepeda motor sebagai sarana transportasi. Sepeda motor membanjiri jalanan, baik itu di kota maupun di desa. Di satu sisi, keberadaan sepeda motor membantu mobilitas masyarakat. Namun di sisi lain, keberadaan sepeda motor juga menimbulkan persoalan yang lain.

Keberadaan sepeda motor tidak semata persoalan mode transportasi yang digemari masyarakat. Keberadaan sepeda motor juga menyangkut kepentingan produsen dan pemerintah, dalam hal ini persoalan ekonomi. Produksi sepeda motor adalah ceruk profit bagi bisnis sektor otomotif dan sektor finansial melalui berbagai produk kredit konsumsi. Produksi sepeda motor juga telah menyerap tenaga kerja dan kepemilikan sepeda motor telah menambah pajak yang masuk ke kas pemerintah. Pemerintah juga diuntungkan dengan keberadaan sepeda motor sebagai solusi pragmatis bagi persoalan sarana transportasi yang diakibatkan oleh model tata ruang pemukiman di Indonesia dan pembangunan jalan, atau sarana mobilisasi, yang kurang berwawasan jauh ke depan dan kurang terpadu antar bidang.***

Yogyakarta, 30 Oktober 2012