Menjelang berakhirnya bulan
Juni 2015, ada dua berita tentang peristiwa di Amerika Serikat yang mencuri
perhatian saya.
Berita pertama. Website Live Science 24 Juni 2015 menerbitkan
tulisan soal pasangan selebritis Kim Kardashian dan Kanye West yang dikabarkan telah
memilih jenis kelamin (sex) bagi anak mereka. Hal tersebut dilakukan selama in vitro fertilization (IVF) procedure, sebuah prosedur pembuahan sel
telur di laboratorium dan kemudian diimplant ke dalam uterus. Di dalam prosedur
ini, dimungkinkan dilakukannya pemilihan (screen)
pada embrio untuk menentukan jenis kelamin bayi yang akan dikandung.
Pada kasus Kardashian-West, menurut sumber US Weekly, hanya embrio-embrio jantan
yang diimplant. Namun kabar tersebut kemudian dibantah oleh pihak
Kardashian-West.
Tindakan seleksi jenis kelamin bayi
memang memicu perdebatan. Sebagian besar kalangan menyetujui tindakan ini dengan
alasan medis. Misal, dilakukan untuk menghindari suatu penyakit tertentu
seperti hemophilia. Sedangkan praktek seleksi jenis kelamin yang bertujuan
non-medis ditolak, atau setidaknya dikritik. Praktek pemilihan jenis kelamin calon
bayi dianggap dapat mendukung sexism, yang dapat berujung pada perendahan
jenis kelamin tertentu dan pengunggulan jenis kelamin lainnya.
Beberapa pasangan mungkin
akan melakukan praktek seleksi jenis kelamin calon bayi mereka dikarenakan mereka semata menginginkan anak laki atau perempuan.
Perilaku tersebut mungkin mengarah pada sexist
dan tindakan diskriminasi sex. Diskriminasi sex bisa saja kemudian berkelindan dengan diskriminasi gender.
Di pihak lain, mungkin akan ada
beberapa orang tua yang telah memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu dan
menginginkan anak selanjutnya dengan jenis kelamin lawannya. Beberapa kalangan,
secara etis, menerima tindakan ini, dan menamakannya sebagai “penyeimbangan
keluarga”.
Praktek seleksi sex dapat berlanjut lebih jauh pada praktek pemilihan sifat-sifat fenotipe pada calon bayi, misal warna rambut, mata, kulit, bahkan kecerdasan.
Intinya, terjadi
pemilihan sifat-sifat tertentu pada
embryo-embryo. Hal ini tentu akan memunculkan implikasi-implikasi lain.
Perkembangan sains dan praktek dunia medis -- dalam hal ini dimungkinkannya
pemilihan jenis kelamin selama proses pembuahan sel telur -- akan melahirkan implikasi-implikasi baru.
Nilai-nilai baru akan didefinisikan. Ajaran-ajaran lama tentang moral, termasuk
agama, akan diadaptasikan dengan praktek-praktek baru tersebut. Persoalan
seperti pembenaran poligami yang didasarkan pada alasan tidak imbangnya jumlah
jenis kelamin di masyarakat akan mendapat tanggapan baru dari hasil perkembangan
sains medis.
Berita kedua. Pada 26 Juni
2015, Mahkamah Agung Amerika Serikat mensahkan pernikahan pasangan sesama jenis.
Pasangan homosexual dapat menikah secara legal di Amerika. Langkah Amerika
Serikat ini sebelumnya telah didahului oleh bebeberapa negara yang melegalkan
pernikahan pasangan homosexual, dimulai dari Belanda tahun 2001.
Pelegalan pernikahan sesama jenis sebenarnya menunjukkan dua fenomena utama,
yakni persoalan institusi keluarga melalui pernikahan dan soal homosexualitas itu sendiri.
Pelegalan pernikahan sesama jenis
berarti pula bahwa kalangan homosexual dapat membentuk institusi keluarga yang
diakui negara. Tanpa pelegalan tersebut, mereka tidak dapat membentuk institusi
keluarga yang diakui negara, meski dapat tinggal di satu rumah sebagai
pasangan, atau hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Keputusan Mahkamah Agung
Amerika berarti jaminan pengakuan dari negara atas pernikahan pasangan
homosexual.
Tema pokok di sini adalah tentang institusi keluarga.
Engels telah membahas tentang institusi keluarga di dalam The Origin of the Family, Private Property and the State. Institusi
keluarga tidak sebatas persoalan prokreasi, membuat keturunan, atau ibadah
agama. Institusi keluarga berkaitan dengan hubungan kekuasaan, klas sosial,
serta jaminan keperdataan, terutama menyangkut hak kepemilikan dan sistem
warisan.
Engels sendiri tidak jarang dituduh homophobia lantaran surat yang ditulisnya
untuk Marx tahun 1869 berisi candaan kasar tentang Jean Baptiste von Schweitzer, seorang pemimpin sosialis yang juga gay. Jika Engels, dan juga Marx, tidak berbicara persoalan
homosexual, hal ini dapat dimaklumi dikarenakan masih relatif minimnya
penelitian dan hasil-hasil penelitian saintifik soal homosexual pada era
mereka.
Saat ini, berbagai penelitian saintifik terus berusaha menguak fenomena homosexualitas.
Termasuk penelitian di bidang biologi molekuler terkait genetika. Namun perlu
diingat, hasil-hasil penelitian sains tetap merupakan hipotesis. Teori-teori
tentang homosexualitas yang diklaim sebagai hasil penelitian sains tetap
merupakan hipotesis yang bisa berubah ketika ditemukan fakta baru. Baik itu
teori yang pro maupun kontra terhadap kalangan
homosexual.
Teori-teori di dalam sains
jangan diperlakukan sebagaimana ayat-ayat ajaran agama atau teks-teks di kitab
suci. Teori-teori sains bersifat tentatif dan hipotetis. Sedangkan ayat-ayat ajaran
agama atau teks-teks kitab suci dimengerti sebagai kebenaran yang pasti dan absolut.
Meski demikian, di dalam sejarah, pertentangan antara fakta dengan ajaran agama
atau teks kitab suci itu sendiri tidak jarang mengakibatkan ditinggalkannya ajaran
agama atau teks kitab suci, atau setidaknya dilakukan tafsir ulang terhadap ajaran
agama atau teks kitab suci bersangkutan.
Pada tahun 1973, American Psychiatric Association menyatakan homosexual tidak lagi dikategorikan sebagai penyakit
mental. Langkah tersebut disusul
oleh American Psychological Association
dan badan-badan medis utama internasional lainnya. World Health Organization mendeklasifikasikan homosexual dari pathologi pada
tahun 1990.
Dua berita di akhir Juni 2015
terkait peristiwa di Amerika Serikat berawal dari pesoalan sex. Kedua peristiwa
tersebut telah memiliki panduan-panduan moral yang diwariskan oleh agama-agama
lama. Namun, sains memperluas cakrawala dengan temuan fakta-fakta baru, dan tidak
jarang memperlihatkan sisi yang berbeda. Selanjutnya, di mana filsafat?***
1 Juli 2015
Artikelnya sangat bagus, Sudah Di Shared
ReplyDeleteCoba baca juga artikel menarik lainnya :
Agen SBOBET
Parlay Bola Jalan
Agen Resmi SBOBET
Casino GD88
DAFTAR CASINO SBOBET